Kota Gorontalo Terpilih dalam Proyek Percontohan Ketahanan Iklim di Indonesia

LIGO.ID – Proyek CRIC (Climate Resilient and Inclusive Cities) yang didanai oleh Uni Eropa memilih 10 kota di Indonesia sebagai kota percontohan yang disiapkan dalam merumuskan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Program CRIC merupakan kolaborasi antara UCLG ASPAC, dengan lembaga-lembaga di Eropa (Pilot4Dev, ACR, Ecolise, Universitas Gustave Eiffel) dan India (AIILSG).

Kota Gorontalo termasuk dalam 10 kota terpilih sebagai Kota Berketahanan Iklim yang Inklusif. Kota yang dipilih akan mendapatkan dukungan teknis dan kesempatan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan peningkatan kapasitas berskala internasional.

Sepuluh kota percontohan itu , yakni Pangkal Pinang, Pekanbaru, Bandar Lampung, Cirebon, Banjarmasin, Samarinda, Matarag, Kupang, Ternate dan Gorontalo.

Proyek CRIC akan berlangsung dari 2020 hingga 2024, dengan menggandeng Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan APEKSI selaku mitra strategisnya.

Koordinator Proyek CRIC, Putra Dwitama menuturkan, ada enam kriteria yang menentukan pemilihan kota percontohan CRIC.

Baca juga :  Kartini dan Saripa Rahman Hala: Perjuangan dengan Masa Berbeda

Keenam kriteria tersebut adalah kota memiliki sumber daya untuk melaksanakan kegiatan, dukungan pemimpin daerah, kota yang mewakili zona iklim dan wilayah tertentu agar proyek dapat menerapkan pendekatan berbeda sesuai dengan karakterstik lokal, pelibatan Kelompok akademisi dan riset, tidak ada tumpang tindih dengan inisiatif/proyek lain serta peluang kemitraan dengan kota lain di Asia Tenggara dan Asia Selatan menjadi syarat program tersebut.

“Komitmen dari kepala daerah menjadi salah satu faktor kunci pemilihan kota percontohan. Mengingat ini proyek jangka panjang, diharapkan kota dapat berperan aktif melalui modalitas saat ini yang dimiliki dan memaksimalkan CRIC untuk perbaikan kualitas perencanaan iklim dan kebijakan, serta aksi nyata di tingkat tapak.” tutur Putra. Senin (12/10)

“Salah satu bentuk dukungannya seperti pembentukan kelompok kerja selaku penerima manfaat utama kegiatan, untuk mendorong koordinasi antar pemangku kepentingan yang lebih efektif,” lanjutnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Bapppeda Kota Gorontalo, Meidy N. Silangen mengungkapkan, setelah terpilih kota percontohan akan menandatangani Komitmen bersama.

Baca juga :  Kartini dan Saripa Rahman Hala: Perjuangan dengan Masa Berbeda

“Banyak manfaat yang akan diperoleh melalui Proyek CRIC. Pertama, adalah peningkatan kapasitas teknis bagi perangkat daerah. Setiap tahun, perwakilan kota akan mengikuti pelatihan berskala internasional. sejak bulan juli kemarin secara virtual, kita diundang sharing pada Perencanaan dan Pembangunan Kota yang Berkelanjutan.” kata Kaban Bapppeda yang berparas cantik itu.

Walikota yang menyatakan kesiapan terlibat aktif dalam seluruh kegiatan CRIC hingga 2024 akan difasilitasi dalam pembentukan Kelompok Kerja (Pokja). Pokja inilah, kata Novi, yang akan menjadi wadah multipihak dan untuk merumuskan, melembagakan dan mengkoordinasikan kebijakan dan aksi untuk perubahan iklim di kota.

Tidak hanya itu lanjut Novi, Kota percontohan juga bakal mendapatkan akses pendanaan aksi untuk perubahan iklim. Kota yang telah menyusun Rencana Aksi untuk Perubahan Iklim akan dibantu untuk membuat proposal aksi yang dapat didanai.

CRIC juga akan membantu menghubungkan kota dengan pihak-pihak lain yang tertarik mendanai aksi tersebut.

Baca juga :  Kartini dan Saripa Rahman Hala: Perjuangan dengan Masa Berbeda

Keuntungan program CRIC, kata Novi, dapat membangun akses jaringan internasional dengan membangun kemitraan dengan kota-kota lain di Asia Tenggara, Asia Selatan dan Eropa.

Menurutnya, kesempatan ini dapat digunakan untuk mempromosikan praktik-praktik terkait tata kelola perubahan iklim dari Gorontalo ke tingkat nasional, regional hingga global.

Sebaliknya, Kota Gorontalo juga dapat belajar tentang upaya dan praktik penanganan perubahan iklim yang telah diadopsi dan diuji di kota-kota lain.

“Fasilitas terhadap perangkat/teknologi untuk mengatasi tantangan terkait perubahan iklim di kota terkait polusi udara, pengelolaan limbah, air dan sanitasi, dan sistem peringatan dini juga disiapkan. Dari empat perangkat itu kita dapat mengadopsi salah satunya” jelas Meidy.

Keterlibatan Kota Gorontalo dalam CRIC turut berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan target pengurangan emisi gas rumah kaca Indonesia, sebagaimana tertuang dalam dokumen NDC (Nationally Determined Contribution). (vn/red)

Komentar