Kartini dan Saripa Rahman Hala: Perjuangan dengan Masa Berbeda

Andris K. Malae
Dosen di Jurusan Sejarah 
Fakultas Ilmu Sosial UNG

Harus diakui bahwa, saat ini telah banyak tulisan ataupun kajian yang berseliweran, baik dimedia masa, artikel dan tulisan ilmiahnya lainnya, mengkritik dijadikannya R.A. Kartini sebagai pejuang emansipasi wanita, bahkan diangkat menjadi pahlawan nasional.

Bagi sebagian orang tentu kajian ini tidak salah karena melihat pada perspektif bagaimana Kartini dan perjuangannya.

Namun secara umum kultus terhadap Kartini sebagai representasi wanita Indonesia perlu ada kajian yang dalam, karena di beberapa daerah yang ada di Indonesia, banyak wanita yang memiliki peran serta daya juang sama, bahkan melebihi perjuangan Kartini –padahal perjuangan mereka banyak dsinggung dalam arsip-arsip Belanda dan sumber primer lainnya-. 

Perlu untuk memikirkan kembali soal ini, bukan untuk membatalkan pengangkatannya sebagai pahlawan nasional, tapi memikirkan agar wanita lain dibeberapa daerah yang ada di Indonesia yang perjuangannya sama dengan Kartini untuk dihargai perjuangannya dalam skala nasional.

Terlepas dan pro dan kontra tersebut, Kartini, dalam konteks perjuangannya, banyak memberikan inspirasi positif dikalangan anak muda zaman sekarang, terutama cara menghargai perempuan.

Tentu hal ini tidak lepas dari sikap yang perlihatkan oleh kaum laki-laki pada saat itu, dimana mereka merasa lebih tinggi derajatnya (patriarki) dari perempuan, sehingga banyak yang menggangap bahwa tugas perempuan tak lain adalah satu-satunya mengurus rumah tangga, tak lebih dari itu. 

Konsep ini menjadi dogma dalam masyarakat, bahkan jika melihat jauh sebelum Islam berkembang, wanita tidak memiliki hak dalam keluarga, sekalipun hak untuk hidup.

Walaupun perilaku tersebut telah lama hilang, sisa-sisanya masih tetap ada, terutama di Indonesia saat itu, sehingga dapat dikatakan Kartini –bukan satu-satunya- pendobrak tradisi tersebut.

Pada masa yang berbeda, pada tahun 1942, di Gorontalo, juga terdapat peran wanita hebat yang membocorkan strategi Belanda, sebut saja Saripa Rahman Hala. Wanita asal Isimu ini mendedikasikan hidupnya dalam membantu perjuangan masyarakat Gorontalo agar terbebas dari belenggu Belanda. 

Peran Saripa begitu penting, jika tidak, maka strategi virnielings corps atau pembumi hangusan yang diterapkan oleh pemerintah Belanda bukan hanya terjadi di dua tempat, Pabean dan pelabuhan Kwandang tapi bisa saja dilakukan di banyak tempat yang juga memiliki peranan penting bagi pemerintah Belanda saat itu.

Perjuangan Saripa Rahman Hala membantu perjuangan Nani Wartabone dan kawan-kawan lainnya dalam memperebutkan kemerdekaan Gorontalo tahun 1942.

Perjuangan itu sangat penting karena memasuki tahun 1942 Belanda yang pada saat itu sudah mulai terpuruk mulai melaksanakan strategi busuknya, misalnya dalam melakukan strategi vernielings corps, Belanda ingin menghancurkan tempat-tempat vitalnya (logistic) sebagai langkah awal agar tidak dikuasai Jepang –Jepang sebagai Negara pemenang, mengalahkan negar-negara sekutu, termasuk Belanda-, ketika mereka menduduki Gorontalo.

Berdasarkan informasi yang diperoleh pada saat itu (radio) Jepang telah berhasil menduduki Manado, dan selangkah lagi datang ke Gorontalo yang secara otomatis mengancam kedudukan Belanda.

Dari strategi itu dapat dilihat bahwa Belanda hanya mengkhawatirkan kedatangan Jepang di Gorontalo dengan tidak memperdulikan kekuatan rakyat Gorontalo yang pada saat itu di pimpin oleh Nani Wartabone. Hal itu terbukti dengan tidak memperdulikan ucapan Nani Wartabone yang melarang terjadi vernielings corps, yang memicu kemarahan terbesar rakyat Gorontalo saat itu.

Perjuangan R.A. Kartini dan Saripa Rahman Hala tentunya memiliki kesamaan, yaitu sama-sama melawan pemerintah Belanda, yang membedakannya adalah tahunnya.

Namun walaupun memiliki perbedaan, tapi perjuangan mereka tentu dapat menginspirasi pemuda zaman sekarang, bukan pada perlawanan mereka terhadap Belanda, tapi pada ketidakadilan yang terjadi di negeri ini. Misalnya tidak adil dalam melihat peran wanita dalam kehidupan sehari-hari, tidak adil dalam perlakuan kekerasan, terutama kekerasan seksual yang sering terjadi pada kaum wanita dan ketidakadilan lainnya yang dapat menggangu keharmonisan masyarakat Indonesia secara umum.

Saripa Rahman Hala, sosoknya yang hebat, melawan-wanita penindasan, tidak suka dengan penjajahan, merupakan inspirasi penting bagi wanita pemuda Gorontalo saat ini, agar lebih tangguh dari biasanya.

Selain itu makna dari perjuangan Kartini antaralain untuk Mendapatkan kesetaraan dalam hak pendidikan, artinya perjuangan Kartini melawan diskriminasi mendorong perempuan modern saat ini untuk berani melawan stereotip perempuan ujungnya jadi ibu rumah tangga saja.

Semua perempuan tidak perlu ragu, karena sejatinya memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam mengejar mimpi dan cita-citanya mengenyam pendidikan tinggi.

Selain itu makna perjuangan adalah mendorong rasa rercaya diri pada wanita dalam berkarir, misalnya di era digital sekarang ini, wanita bisa bekerja dengan berbagai bentuk dan cara yang beragam.

Perempuan terdorong melawan stereotip melalui prestasi perempuan dalam ranah profesional kerja, mengembangkan potensi dalam diri, berkarir bukan sekadar mencari uang dan perekonomian, namun jadi teladan dan menjalankan hak asasi setiap orang. 

SELAMAT HARI KARTINI 21 APRIL 1879 – 21 APRIL 2024

Komentar