Tim Prabowo-Sandi Persoalkan Harga Makanan, Tim Jokowi : Datanya Tidak Akurat

LINTAS NASIONAL (LIGO) – Dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (19/10) lalu harga nominal makanan di Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain merupakan hal yang disoroti direktur Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Hashim Djojohadikusumo.

Menurutnya, permasalahan tersebut merupakan masalah krusial yang dihadapi Pemerintahan Presiden Jokowi – Jk yang dipaparkan oleh World Bank.

“Dengan nominal pricing, berarti itu dengan pricing yang berlaku. Saya tanya dua, tiga empat kali, karena saya tidak mau percaya, tapi World Bank katakan demikian. Nominal price harga makanan di Jakarta, lebih tinggi dari pada harga makanan di Singapura, dan harga makanan di Jakarta dua kali lipat harga makanan di New Delhi, India. Itu bukan angka kami, itu angka dari World Bank,” ujar Hashim. yang dikutip dari VoA Indonesia.

Tidak heran kata Hashim, jika 38 persen anak Indonesia saat ini mengalami stunting (gagal tumbuh) karena menurutnya keluarga berpenghasilan rendah tidak mampu untuk membeli makanan yang sehat bagi anak-anaknya.

Bahkan Hashim mengungkapkan, sejak tahun 2006 Prabowo sudah mendapati bahwa angka stunting yang terjadi pada anak di Indonesia sudah mencapai 30 persen, dan meningkat menjadi 38 persen pada saat ini. Oleh karena itu Prabowo sangat serius dengan pemerataan gizi bagi seluruh anak di Indonesia. Data ini ditegaskan Hashim berasal dari World Bank.

Tak hanya masalah ekonomi, yang menurutnya menjadi permasalahan krusial bangsa ini, kata dia Prabowo juga menggulirkan niat “Make Indonesia Great Again”, di mana lewat slogan itu Prabowo yakin dapat mengembalikan kejayaan Indonesia yang dinilai Hasyim saat ini mulai pudar. Bahkan Indonesia pada saat sekarang ini dianggap lemah dan tidak disegani oleh negara-negara lain didunia seperti dulu. “Make Indonesia Great Again” diambil dari Lagu Indonesia Raya

Meski begitu, Hashim menolak jika dikatakan slogan “Make Indonesia Great Again” meniru slogan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang meluncurkan slogan “Make America Great Again” pada masa kampanyenya dulu. Slogan tersebut menurutnya diambil Prabowo berdasarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya, yang artinya Great Indonesia, dimana Prabowo ingin Indonesia menuju cita-cita para pendiri bangsa ini.

“Ya kita pernah disegani juga, tapi sekarang kita merasa bahwa kita agak lemah, suara Indonesia kan gak begitu dianggap. Zaman Pak Harto, Indonesia sebagai ketua Non Blok, kita disegani, kita dianggap negara mayoritas muslim terbesar di dunia. Tahun 55 Bung Karno mengadakan konferensi Non Blok pertama di Bandung, pemimpin dunia semua datang ke Indonesia, menghormati Indonesia sebagai salah satu pemimpin Gerakan Non Blok,” tambah Hashim.

Pernyataan tim Prabowo ini dinilai tim Jokowi-Ma’aruf Abdul Kadir Karding tidak didasarkan pada data yang akurat. Bahkan Abdul juga mencontohkan ketika Sandiaga Uno memaparkan harga nasi ayam di Jakarta lebih mahal dibandingkan Singapura, faktanya tidak demikian.

“Saya kira data itu tidak tepat. Dibandingkan dengan makanan apa saja saya kira Jakarta masih jauh lebih murah dibandingkan dengan Singapura. Pak Sandi pernah bilang bahwa harga nasi ayam lebih mahal di Indonesia daripada di Singapura. Kita cek, ternyata jauh kok (lebih murah). Harga ikan dan lainnya juga enggalah, engga seperti yang disampaikan. Kadang-kadang apa yang disampaikan datanya lemah, tidak akurat,” tandas Abdul.

Laporan: VoAIndonesia/Elias
Editor: Bayu Supratna

Komentar