LINTAS DESA (LIGO) – Tim survey gabungan dari kalangan Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara, tenaga ahli Perguruan Tinggi Universitas Negeri Gorontalo, Pemerintah Kecamatan Tolinggula dan Karang Taruna Kecamatan Tolinggula lakukan survei tapal batas, perbatasan antara Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Tengah, yang kini masih menjadi polemik.
Survei tapal batas dari pal perbatasan 8 sampai pal perbatasan 18 itu direncanakan akan dilakukan selama 5 hari, yang sudah dimulai sejak hari ini, Kamis (20/09) hingga Senin kedepan. Ketua Tim Survei tersebut dipimpin langsung oleh Thoriq Modanggu dan Camat Tolinggula, Rizal Yusuf Kune sebagai Wakil Ketua.
Kepala Desa Papualangi yang turut memfasilitasi Tim Survei dalam meninjau pal perbatasan itu kepada lintasgorontalo.com menyampaikan, kekesalannya kepada Pemerintah Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, karena sering mempermasalahkan perbatasan kedua daerah ini.
“saya sangat kesal terhadap Pemerintah Buol yang selalu mempermasalahkan tapal batas yang memang sudah ada sejak Gorontalo, masih tergabung bersama Sulawesi Utara. Ada kepentingan lain yang mungkin nantinya diberikan kepada Perusahaan Sawit ketika kawasan gorontalo yang sudah ada bukti dokumen yang kuat ini menjadi milik Buol,” ungkap Umar Otuhu.
Umar Otuhu berharap Kementerian Dalam Negeri dapat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Dirinya juga bersikeras akan membela perbatasan Gorontalo, dengan mempertaruhkan nyawa.
“kami harapkan kepada Kemendagri untuk hati-hati mengambil keputusan yang dapat merubah batas yang sebenarnya. saya sampaikan, mewakili masyarakat Desa Papualangi, Tapal batas harga mati. sejengkal pun nyawa taruhan,” harap Umar Otuhu
Selain itu Umar Otuhu menegaskan wilayah Papualangi tidak akan pernah menerima Kelapa Sawit.
“sejak dulu saya didatangi oleh perusahaan sawit yang dari Buol, namun saya tidak mau menerima karena sangat berdampak terhadap tanaman buah, serta potensi air yang nantinya telah kami rencanakan sebagai lokasi wisata,” pungkasnya.
Hal yang sama juga dijelaskan Camat Tolinggula, Rizal Yusuf Kune justru menilai masalah tapal batas ini akan berimbas pada 4 Desa yang ada di Tolinggula.
“ada 4 Desa, yang akan kena imbas dengan adanya masalah ini. selain itu kebutuhan masyarakat Desa Umu, Molangato, Kelembetu, dan Lilito hampir semua di Tolinggula, seperti Pendidikan SMA ada 25 siswa, Pelayanan Kesehatan baik pengobatan rawat jalan, rawat inap dan Pelayanan Persalinan dilakukan di Puskesmas Tolinggula, apalagi pemasaran hasil kebun setiap hari selasa dan minggu sebagian besar di jual di Pasar Tolinggula. belum lagi kebutuhan beras, sebagian besar masyarakat Buol membutuhkan beras di Tolinggula. Olehnya ini jadi pertimbangan Pemerintah Buol terutama Wakil Bupati Buol,” jelas Camat Tolinggula.
Laporan: Najid Lasale
Editor: Arlan
Komentar