Idrus Sante: Tradisi Bolmut Luar Biasa

Boroko – ligo.id – Kepala Kantor (Kakan) Kementerian Agama (Kemenag) kabupaten Bolmut, Idrus Sante, S.Ag., M.Pd. salut dan kagum dengan kebudayaan Bolmut.

“Tradisi masyarakat Bolmut itu sebetulnya sangat luar biasa, karena dikemas dengan kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti tradisi Mopohabaru yang mengabarkan pelaksanaan hari raya Idul Adha,” ucap Idrus usai pelaksanaan tradisi Mopohabaru (Mengabarkan) waktu pelaksanaan hari raya Idul Adha. Selasa (5/7/2022) kemarin.

Mopohabarutersebut ujar Idrus, bertujuan agar pelaksanaan hari raya Idul Adha dapat berlangsung dengan tertib dalam satu waktu, karena ada keterlibatan pemerintah secara langsung.

“Menurut saya, tujuan pelaksanaan tradisi Mopohabaru agar supaya pelaksanaannya tertib, karena disampaikan langsung oleh Pak Bupati yang menghadirkan para camat dan kepala-kepala desa, bahwa pelaksanaan Idul Adha, begini pelaksanaannya, supaya Satu komando,” tambah Idrus.

Menurut Idrus, makna dari prosesi adat Mopohabaru tersebut untuk membangun kesamaan konsep.

Baca juga :  Marten Taha Ajak Masyarakat Untuk Sukseskan Pilkada 2024

“Karena saya lihat, camatnya harus hadir, Kepala Desanya harus hadir, disampaikan juga Tujuh Desa di seputaran Kecamatan Kaidipang harus bergabung di Lapangan Kembar untuk sholat Ied berjamaah,” katanya.

Hal itu lanjut Idrus, sebagai warning kepada Desa-Desa di sekitar Lapangan Kembar Boroko, untuk tidak melaksanakan sholat Ied sendiri-sendiri.

“Itu berarti suatu warning, kalau boleh desa-desa di seputaran Lapangan Kembar Boroko, tidak melaksanakan sendiri-sendiri,” imbuhnya.

Terkadang perbedaan pendapat terkait tempat pelaksanaan di masjid atau di lapangan akibat pemahaman yang tidak sama.

“Munculnya silang pendapat itu karena beda pemahaman apakah dilaksanakan di masjid atau di lapangan, tapi ketika orang nomor Satu di Bolmut sampaikan boleh laksanakan di masjid juga boleh di lapangan, sesuai kesepakatan, tidak ada orang yang mengkomplain itu,” beber Idrus.

Dari sisi agama lanjut Ketua NU Minsel itu, Bupati sebagai Khalifah wajib mengarahkan kegiatan keagamaan secara bersama.

Baca juga :  BI Gorontalo – Dekranasda Gelar Gebyar UMKM 2024

“Contoh, termasuk penyataan beliau (Bupati-red), apa kita melaksanakan pawai pada malam takbir atau apa biasanya, itu kan contoh sikap seorang Khalifah,” lanjutnya.

Kalau tidak dikumpulan dalam tradisi mopohabaru itu terang Alumni IAIN Alaudin Gorontalo itu, kemungkinan ada yang chaos misalnya. Maka dengan menghadirkan semua stakeholders pada prosesi tersebut, sehingga masing-masing pihak memberi perhatian pada kegiatannya, terutama masalah ketertiban dan keamanan,

“Pas pada saat itu, mengadirkan semua stakehoder, termasuk dari Kepolisian. Saya lihat ada Wakapolres yang hadir, sehingga semua pihak memperhatikan kegiatan-kegiatan itu. Itu luar biasa sebenarnya,” terang Idrus.

Selain itu tambah Idrus, sisi keagamaan lainnya berupa silaturahmi terjalin dengan baik bahkan sebelum pada momentum hari raya sudah saling berjabatan tangan.

Baca juga :  Otonomi Daerah Banyak Berikan Dampak Positif

“Sisi keagamaan lainnya, silaturrahim terjalin dengan baik, sebelum hari raya kita sudah bersalam-salaman untuk saling bermaaf-maafan dan mendoakan satu sama lain, inti yang saya ambil di situ, sisi keberamaan, karena dalam agama dibutuhkan kesatuan konsep mengenai hal ini ” tambah Idrus.

Dirinya mengaku, penyamaan persepsi dalam penetapan waktu hari raya Idul Adha melalui tradisi tersebut, baru ditemukannya di Bolmut.

“Luar biasanya, prosesi seperti ini tidak biasa dilakukan di kabupaten kota yang lain,” ujarnya.

Dipaparkannya pula, pada kehidupan yang sangat beragam saat ini, ketika ada instruksi oleh Bupati Bolmut dan disetujui oleh semua yang hadir, maka konsekuensinya sudah dipahami bersama.

“Sekali lagi ini luar biasa, apalagi hebatnya tradisi kearifan lokan ini sudah dianggarkan dalam APBD melalui kegiatan Bagian Kesra,” tutup Idrus. #rom/my

Komentar