LIGO.ID – Pernakah kamu bertemu atau berteman dengan orang senang mengambil foto dirinya sendiri atau biasa di sebut dengan selfie? Selalu terobsesi dengan dirinya sendiri.
Jangan-jangan orang yang suka selfi atau terobsesi dengan dirinya tersebut mengidap narcissistic personality atau gangguan kepribadian narsistik
Nah, sahabat LIGO tahukah kamu apa itu narsis atau narsistik? Istilah narsis berasal dari bahasa Inggris narcissism yang bermakna perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang mengalami ini disebut dengan narsis
kata narcissism itu sendiri berasal dari mitos Romawi Kuno, dimana seorang pemuda bernama Narcissus jatuh cinta pada bayangan sendiri yang di lihatnya di atas air. Lalu ia menjadi gila hingga melakukan bunuh diri.
Menurut Kamus Lexico, narsisme adalah minat berlebihan atau kekaguman pada diri sendiri dan penampilan fisik seseorang.
Sedangkan menurut ahli psikologi, Sigmun Freud menjelaskan narsisme adalah cinta kepada diri sendiri, sehingga cinta yang dibarengi kecenderungan narsisme menjadi mementingkan diri sendiri.
Ada beberapa ciri-ciri narsisme berdasarkan dari Diagnostics and Statistik Manual, Fourth Editions Text Revision antara lain:
1. Pengidap narsisme yakin kalau dirinya unik dan istimewa, serta berpikiran bahwa tidak ada yang bisa menyaingi dirinya. Dia akan merasa lebih tinggi statusnya serta lebih cantik atau ganteng dibandingkan dengan yang lain.
2. Orang narsisme selalu ingin dipuji dan diperhatikan. Mereka kurang peka terhadap kebutuhan orang lain, karena yang ada dalam pikirannya adalah dirinya sendiri.
3. Orang narsisme sangat sensitif terhadap kritikan, kritikan yang kecil bisa berarti besar bagi mereka, dan tidak mau disalahkan.
4. Orang narsisme membutuhkan pengakuan dari orang lain demi memompa rasa percaya dirinya. Inilah rahasia terbesar orang narsisme.

Sedangkan ciri-ciri lainnya menurut Barlow yaitu sebagai berikut:
1. Kurang memiliki empati
2. Suka foto selfie
3. Bersikap arogan dengan memakai aksesoris yang berlebihan, seperti gelang, kalung, anting-anting, dll.
4. Mempunyai fantasi-fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kecerdasan, kecantikan, atau cinta ideal yang tanpa batas
Berdasarkan ciri-ciri di atas, karakter narsis ini sekilas mirip dengan katakter dengan orang yang memiliki kepercayaan diri yang kuat. Padahal orang narsis biasanya kurang memiliki sifat empati dan selalu ingin dipuji. Orang narsis sebenarnya memiliki kepercayaan diri yang kuat juga, hanya saja kepercayaan diri orang narsis yang berlebihan sehingga kepercayaan diri tersebut menjelma menjadi kepercayaan diri yang tidak sehat, sebab orang narsis hanya memandang dirinya yang paling hebat dari orang lain.
Sementara orang yang memiliki kepercayaan diri yang sehat tidak membesar-besarkan diri sendiri dan tidak mengagung-agungkan dirinya sendiri namun mampu berempati dan menghargai orang lain
Dikutip dari berbagai sumber, narsisme adalah persoalan serius yang memiliki dampak buruk.
Dampak narsisme ini bisa berakobat buruk terhadap kehidupan seseorang. Orang narsis cenderung membuat keputusan lebih beresiko dan berbahaya karena kurang belas kasih pada orang lain.
Juga orang narsis biasanya tidak setia dalam satu hubungan karena merasa pantas mendapatkan yang lebih baik.

Di era sekarang perilaku narsisme memiliki dampak yang signifikan bagi para pelakunya yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Para pelaku narsis biasanya ingin mendapatkan perhatian dan pujian dari orang lain sehingga lebih terkesan menyombongkan diri.
Penyebab pasti dari gangguan perilaku narsisme ini belum diketahui dengan pasti. Namun, meskipun begitu, berdasarkan para ahli,sikap orangtua yang mungkin mendukung terjadinya perilaku ini, termasuk kekerasan, ditinggalkan, dimanjakan, dan anak yang dipuji terlalu berlebihan.
Menurut Kohut dan Kernberg mengemukakan lebih jauh bahwa kelainan kepribadian narsistik lebih mungkin berkembang jika orang tua lalai, menghilangkan nilai, atau tidak berempati kepada anak; individu ini akan terus menerus mencari penegasan dari sebuah pengidealan dan perasaan megah terhadap diri.
Untuk orang yang memiliki gangguan narcissistic personality ini disarankan untuk menjalani psikoterapi. Terapi ini dapat membantu pasien agar lebih peka terhadap orang lain dan membantu pasien untuk memahami perasaannya dan perilakunya sendiri.
Terdapat juga metode terapai lain yakni terapi kognitif dan Pendekatan Psikodinamik.
Penulis: Arlan (Ketua Cabang HMI Gorontalo)
Komentar