GeNose dan CePAD Pendeteksi Virus Covid19 Lebih Cepat

ligo.id – Tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada mempersembahkan GeNose C19, terobosan ini ada dalam upaya menemukan kasus positif Covid-19 dengan lebih cepat.

Untuk tim Universitas Padjajaran memproduksi alat uji Deteksi CePAD.

GeNose C19 yang dikembangkan dalam beberapa bulan terakhir, kini telah resmi memperoleh izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 24 Desember 2020.

Prof Kuwat Triyono  yang merupakan Ketua Tim Peneliti alat ini, menyebut izin edar membuka pintu untuk produksi massal.

Selama proses penelitian, tim sudah memproduksi 100 unit GeNose C19 batch pertama, yang akan segera diserahkan kepada Badan Intelejen Negara (BIN) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

GeNose mampu mengidentifikasi virus corona lebih cepat, bukan dengan memeriksa cairan dari dalam tubuh, tetapi mendeteksi nafas seseorang.

Alat ini mendeteksi volatile organic compound (VOC) yang terbentuk karena infeksi Covid-19, dan keluar bersama napas. Dengan kecerdasan buatan.

Komposisi yang terkandung dalam nafas seseorang positif Covid-19 diketahui berbeda dengan mereka yang tidak terinfeksi.

Tidak mengherankan, jika GeNose bisa melakukan deteksi dalam waktu dua menit saja. Tingkat sensivitasnya tercatat 89-92 persen.

Tim UGM berharap, deteksi lebih cepat dan mudah akan memaksimalkan upaya pencegahan penularan.

Dalam paparan kepada media secara online, Senin (23/12) sore, tim dari Universitas Padjajaran Bandung memperkenalkan alat bernama Deteksi CePAD.

Koordinator Peneliti Diagnostik Covid-19 Unpad, Muhammad Yusuf, menjelaskan keunggulan CePAD terletak pada cara kerja yang sederhana disertai akurasi yang tinggi.

“Karena virusnya ada di saluran pernafasannya, pengambilan sampel melalui nasofaring, dan sample-nya dicampur cairan ekstraksi yang kita kembangkan. Kemudian diteteskan ke alatnya dan ditunggu selama 15 menit, hasilnya positif atau negatif,” kata Yusuf.

Sampel swab yang diteteskan pada CePAD akan mengalir menuju antibodi Covid-19 yang sudah terikat dengan nanopartikel emas yang tertanam pada perangkat itu. Jika di dalam sample terkandung virus corona, akan terbentuk garis di layar uji.

Yusuf mengklaim tingkat akurasi alat ini mencapai 85 persen, sehingga memenuhi standar organisasi kesehatan dunia, WHO yang menetapkan minimal 80 persen.

Dalam paparan yang sama, Menteri Riset dan Teknologi Indonesia/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional, Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, menyebut Indonesia membutuhkan dua alat ini untuk memperkuat testing, tracing, tracking dan treatment (4T).

GeNose dan CePad, lanjut Bambang, dikategorikan sebagai alat untuk melakukan skrining atau deteksi cepat, terhadap keberadaan Covid-19 pada seseorang. (#c)

Komentar