Tumbilotohe… Antara Lampu Pelita Dan Lampu Listrik. Begini Penjelasan Ketua Dewan Adat Kota Gorontalo

LINTAS BUDAYA (LIGO) – Tradisi Tumbilotohe atau Malam Pasang Lampu di Gorontalo yang selalu dilaksanakan 3 hari sebelum Idul Fitri atau tepatnya malam ke 27 Ramadhan saat ini sudah sangat dikenal. Bahkan tradisi ini juga menarik wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Lambat laun tradisi Tumbilotohe di Gorontalo kini bukan hanya dihiasi lampu botol, tetapi juga lampu listrik dengan macam kelap-kelip. Namun hal itu justru dinilai oleh sebagian masyarakat dapat menghilangkan kearifan lokal atau tradisi Tumbilotohe.

Ketua Adat Kota Gorontalo Abdullah Paneo mengatakan, untuk menjaga tradisi Tumbilotohe dengan menggunakan lampu pelita adalah satu hal yang harus dilakukan. Namun mengingat mahal dan sulitnya didapatkan bahan bakar minyak tanah untuk bahan lampu pelita maka tradisi Tumbilotohe yang telah bercampur dengan lampu listrik tentu bukanlah sesuatu yang dinilai salah.

“Kalau dulu tradisi Tumbilotohe, Tohetutu yang berasal dari Damar itu digunakan untuk menjadi lampu, ada juga yang lampu gelas, dalam gelas dituangan minyak sebagian dan sebagian air yang membuat lampu itu menyala. Selain itu ada juga yang dari pepaya. Dulunya kan tidak ada listrik jadinya masyarakat menggunakan lampu pelita untuk menerangi jalan. Sementara saat ini listrik sudah ada, tetapi dalam konteks tradisi kita, tentunya tradisi Tumbilotohe dengan lampu tradisional itu harus dipertahankan karena saya melihat tradisi ini juga dapat mendatangkan Wisatawan,” jelas Abdulah Paneo kepada Lintasgorontalo.com. Sabtu (09/06/2018).

Abdullah Paneo yang juga mantan Camat Kota Barat tahun 1992 ini menceritakan, pada saat dirinya menjabat sebagai Camat Kota Barat, tradisi Tumbilotohe yang memang sudah sejak dulu di lombakan. Dengan lomba seperti, akan berdampak positif kepada masyarakat.

“Dengan lomba Tumbilotohe ini, walaupun belum tanggal 27 Ramadhan, riak itu sudah ada. Dan anak-anak muda disetiap Kelurahan, Desa dan Kecamatan itu secara bersama-sama bekerja sama untuk menyemarakkan malam Tumbilotohe. Jadi yang paling penting adalah keakraban ini perlu dinilai,” terangnya.

Ketua Dewan Adat Kota Gorontalo Abdullah Paneo

Meskipun saat ini listrik dan Lampu kelap-kelip digunakan pada tradisi Tumbilotohe, tetapi Ketua adat berpesan agar lampu pelita juga harus dihadirkan sehingga nilai tradisi itu tidak hilang.

Laporan : Najid Lasale
Editor : Bayu Supratna

Komentar