LINTAS WISATA (LIGO) – Provinsi Gorontalo yang dijuluki sebagai daerah Serambi Madinah ini, memiliki beragam tradisi dan kebudayaan yang telah diwariskan oleh para leluhur sejak dahulu secara turun-temurun. Hingga kini tradisi dan budaya itu masih tetap dijaga dan dilestarikan. Salah satunya adalah tradisi malam Qunut.
Sesuai namanya, tradisi malam Qunut hanya akan ada pada bulan Ramadhan tepatnya hari ke-15 Ramadhan dan diperingati oleh masyarakat Batuda’a, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Uniknya dimalam Qunut ini masyarakat Batuda’a menyajikan buah pisang dan kacang sebagai makanan utama bagi mereka yang datang berkunjung.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo Dr. Ir. Nancy Lahay MP, ditemui Lintasgorontalo.com dalam lawatannya secara langsung pada pelaksanaan tradisi tersebut mengatakan bahwa, tradisi Qunut yang sudah dilakukan masyarakat Batudaa’a sejak lama ini perlu diperkenalkan ke semua masyarakat, baik itu lokal ataupun wisatawan asing yang berkunjung ke daerah Gorontalo. Termasuk generasi muda saat ini.
“Tradisi Qunut ialah tradisi Gorontalo yang orang banyak belum tahu. Tradisi ini sendiri bertepatan dengan Nuzul Qur’an yang setiap bulan Ramadhan itu selalu diperingati. Masih banyak masyarakat Gorontalo belum tahu kalau tradisi ini ada dan selalu diperingati oleh masyarakat Batuda’a. Kami berpikir tradisi seperti ini juga perlu diketahui oleh para pengunjung atau wisatawan yang datang ke Gorontalo. Ini sangat menarik dan luar biasa, perlu diperkenalkan sampai mancanegara. Mungkin ini satu-satunya di Indonesia.” tutur Nancy Lahay
Berbicara tentang pisang dan kacang yang menjadi menu utama pada malam Qunut. Tentu memiliki sejarahnya sendiri. Sebagai daerah yang menjunjung tinggi falsafah “Adat bersendi sara’, sara’ bersendi kitabbulah (Al-Quran), hidangan pisang dan diyakini mempunyai makna filosofi adat keislaman yang terkandung didalamnya.

Lebih lanjut Kadispar Provinsi Gorontalo Nancy Lahay menuturkan saat ini pihaknya masih akan mencari tahu dan menggali dalam lagi makna hidangan pisang dan kacang yang dijadikan simbol untuk memperingati malam Qunut.
“Kami masih akan mengkaji makna filosofi pisang dan kacang yang disajikan oleh masyarakat ini pada malam Qunut. Namun bila mendegar cerita orang tua Gorontalo dulu, pisang dan kacang kala itu digunakan sebagai buah tangan atau lebih dikenal sebagai oleh-oleh dari sang lelaki muda kepada orang tua wanita yang disukainya. Pisang dan kacang ini digunakan untuk merayu orang tua agar setuju dengan hubungannya tersebut. Namun terkait dengan tradisi ini kami akan mengkajinya,” jelas Nancy.
Nancy menilai, tradisi malam Qunut memiliki daya tarik tersendiri. Sehingga untuk mengembangkan Wisata Religi di Wilayah Batuda’a melalui tradisi malam Qunut ini. Dinas Parisiwata akan berupaya, pelaksanaan tradisi malam Qunut bisa dilakukan oleh seluruh masyarakat, bukanya hanya di Batuda’a saja.

“Tradisi ini patut diletarikan dan dikembangkan. Saya berharap agar tradisi ini tidak hanya dirayakan oleh masyarakat Batuda’a saja, tetapi oleh seluruh masyarakat Gorontalo. Tradisi ini memilik makna. Ramainya masyarakat Gorontalo dalam memperingati turunnya Al-Quran. Saya dapat merasakan betapa sangat dimaknainya oleh masyarakat Gorontalo saat Islam itu ke Gorontalo. Kami akan terus dan berupaya agar tradisi ini makin dikenal,” tandasnya.
Laporan : Najid Lasale
Editor : Bayu Supratna