Guna melakukan monitoring dan evaluasi (Monev) pelaksanaan program pendayagunaan dokter spesialis (PGDS) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melakukan kunjungan ke Rumah Sakit Otanaha, Rabu (5/6/2024).
Kedatangan tim kerja Kemenkes yang dipimpin langsung Direktur Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Ditjen Tenaga Kesehatan Kemenkes RI Ibu Ana Kurniati SKM, MA, Ph.D tersebut disambut oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Gorontalo, Muhammad Kasim dan pelaksana harian (Plh) Direktur RS Otanaha, Nelty Aliwu.
“Rabu kemarin, kami kedatangan tim dari Kemenkes yang melakukan Monev terhadap program Pendayagunaan Tenaga Kesehatan, Dokter PGDS, Dokter Adaptan Lulusan Luar Negeri & Dokter Internsip ungkap Nelty ketika diwawancarai, Jumat (7/6/2024).
Nelty mengungkapkan, pertemuan ini untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan PGDS sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing
saat Monev berlangsung, para dokter spesialis mengaku bangga dan merasa bersyukur bisa menjalani PGDS di RS Otanaha.
“Tidak ada keluhan yang mereka sampaikan. Justru, dihadapan ibu Direktur mereka mengaku bangga dan bersyukur melaksanakan PGDS di RS Otanaha. Sebab, disini mereka bisa melayani pasien di Klinik Rawat Jalan sampai 80 orang dalam sehari, meski diawal-awal jumlahnya tidak begitu banyak” beber Nelty.
Adapun dokter spesialis yang mengikuti program PGDS di RS Otanaha, yakni dr. Hendry F. Sundah, Sp.B dan dr. Hary R. Supit, Sp.PD, dan dokter adaptan lulusan luar negeri dr. Andreas Winarno, Sp.OG, B,med,SC.
“Kalau dr. Hendry sudah lima kali memperpanjang masa PGDS nya. Sedangkan dr. Hary sudah tiga kali memperpanjang PGDS,” tandas mantan Kasubag Protokoler Setda Kota Gorontalo itu.
Lebih lanjut, Nelty menyampaikan, thn ini , RS Otanaha kembali menerima Program Internsip yang Terakhir di thn 2021-2022 & Kemudian Smpat di tutup Sbgai Wahana Dokter Internsip & Dibuka kmbali pd thun ini Mereka adalah dr. Andi Hasri Ainun Anisa dari Universitas Alkhairat, dr. Andinan Swastika S. Barham dari universitas yang sama dengan dr. Andi, dan yang terakhir dr. Sri Rahayu Igirisa dari Universitas Hassanudin.
Komentar