LINTAS INTERNASIONAL (LIGO) – Tahun 2016 Indonesia telah menandatangani perjanjian untuk menjadi mitra junior Proyek percobaan jet tempur Korea atau Korean Fighter Experimental (KF-X) yang bernilai 7 miliar dolar untuk mengembangkan dan membangun satu armada terdiri atas 120 jet tempur multi-peran generasi baru buatan sendiri untuk menggantikan jet-jet tempur Korea Selatan, F-4 dan F-5 buatan Amerika, yang menua, yang mencakup 20 persen biaya dan menerima satu pesawat prototipe, dengan sampai 100 pekerja Indonesia ikut dalam proses pengembangan dan produksi.
Dilansir dari VoAindonesia.com Senin (22/10) administrasi program akuisisi pertahanan Korea Selatan (DAPA) yang menangani pengadaan peralatan militer mengatakan, Indonesia berhenti membayar kontribusinya pada tahun lalu.
“Kami berencana mengadakan negosiasi tambahan, membahas pembayaran kontribusi Indonesia,” ujar juru bicara DAPA.
Sementara itu Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto, mengatakan pihaknya sedang mengupayakan menegosiasi ulang seluruh kesepakatan itu.
“Mengingat situasi ekonomi nasional, Presiden Joko Widodo memutuskan menegosiasi ulang persyaratan itu.” terang Menkopolhukam.
Wiranto juga beralasan, pengaruh nilai rupiah yang anjlok ke posisi terendah dalam 20 tahun, membuat jumlah yang harus dibayarkan lebih tinggi. Kata Wiranto Indonesia menginginkan perubahan pada pembiayaan bersama, biaya produksi, alih teknologi dan hak intelektual.
“Ini tentu belum final karena kami butuh waktu, mudah-mudahan selesai dalam waktu kurang dari setahun.” ujar Wiranto
Namun juru bicara DAPA bersikeras, program bersama itu akan berlanjut dan jet-jet itu akan mulai beroperasi sesuai jadwal pada tahun 2026 untuk mempertahankan Korea Selatan.
Meskipun demikian, Indonesia terus menuntut persyaratan baru dari Korea Selatan mengenai proyek gabungan pengembangan pesawat tempur bernilai miliaran dolar itu.
Laporan: VoAIndonesia.com/fw/as/Elias
Editor: Arlan
Komentar