HMI Kritik Jokowi: Realitas Politik Yang Menghalalkan Segala Cara

Jakarta – ligo.id – Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), Arya Kharisma Hardy mengkritik rezim Presiden Joko Widodo di hadapan para Menteri dan Kapolri yang hadir.

Kritikan itu disampaikan Arya Kharisma Hardy pada acara dies natalis HMI yang ke-74 di Masjid Sunda Kelapa.

“Seperti kita ketahui bersama bahwa situasi geopolitik saat ini masih mengerucut pada isu pergeseran ideologi lintas negara, fenomena geopolitik hari ini tak banyak berbeda dengan fakta sejarah skema demokrasi orde lama yang terobsesi dengan sistem demokrasi terpimpin. Ucap Arya saat berpidato pada acara Dies Natalis HMI ke-74. Senin (22/2/2021).

“Situasi dimana ketegangan ideologi berubah menjadi beberapa peristiwa berdarah dibanyak pesantren, masjid yang justru melibatkan oknum-oknum disekitar kekuasaan.” Tambahya.

Arya mengatakan hampir seperampat abad HMI hadir dan menjadi salah satu entitas krusial ditengah kehidupan bangsa Indonesia.

Deklarasi ditengah situasi negara yang baru berusia dua tahun, HMI menjadi saksi sekaligus pelaku yang sedikitnya banyak turut mempengaruhi arah perjalanan peradaban banga Indonesia.

“Bisa dikatakan bahwa HMI nyaris tak pernah alpa, dan menjadi katalisator atas setiap momentum perubahan dan peristiwa sosial politik bangsa disaat-saat paling menentukan di republik ini.” Kata Arya

Arya menerangkan sebagai Organisasi Mahasiswa terbesar di tanah air, reputasi pengabdian HMI yang sudah teruji waktu, sempat mengalami pasang surut yang serius.

“Sudah menjadi pengetahuan publik bahwa keikutsertaan hmi di wilayah politik kekuasaan, tidak jarang menjadi penyebab konvergensi politik dan ideologi yang cukup tajam.” Terang Arya.

Hal ini tentu tidak lepas dari dinamika sosial politik bangsa yang juga mengalami perubahan yang fundamental setiap terjadi pergantian rezim.

Dengan atensi dan komitmen yang utuh, HMI pada periode ini mencoba menunaikan kewajiban menuntaskan panggilan sejarah yang pernah membanggakan umat dan bangsa.

“Meskipun harus kita akui bahwa secara internal hmi tak terhenti di terpa dengan gelombang manuver politik kader yang cenderung mengaktualisasikan kemampuan politiknya secara tidak merakyat. karena sudah menjadi sunatullah, bahwa semakin tinggi pohon, semakin besar pula goncangan yang terjadi akibat terpaan badai.” Ujar Ketum PB HMI.

“namun, apapun jenis badainya kader hmi bukanlah segerombolan viking atau buzzer politik elit. tapi kader hmi berteman lebih dari saudara, kader adalah ksatria dan patriot yang berjiwa besar, merdeka, sederhana, jujur dan pantang di adu domba oleh oknum politik elit panggung.” Lanjutnya.

Disamping itu akibat dari gejolak pergantian rezim menjadi pemicu konstelasi politik nasional memanas, dalam posisi ini HMI mempertegas keberpihakannya kepada kepentingan umat dan bangsa.

“Kader HMI adalah tameng bagi kepentingan umat islam dan bangsa, sekalipun taruhannya adalah nyawa dan kehormatan diri sendiri.”

Arya juga mengatakan di era postmodern dan postdemocracy ini HMI merasa seperti terlahir kembali, kondisi kebangsaan saat ini yang seakan membawa HMI bernostalgia pada kenangan perjuangan 70 tahun silam.

“Dimana hiruk pikuk sosial politik negara bangsa ini sedang labil-labilnya akibat perseteruan ideologi yang menjurus pada totalitarian rezim, karena sejarah sangat mungkin terulang dengan pelaku yang berbeda.” Kata Arya

Realitas politik yang menghalalkan segala cara sedang dimainkan oleh skriptur elit politik yang dikendalikan oligarki, menyeret bangsa ini terjebak dalam pertengkaran global dengan secara perlahan mengorbankan kedaulatan serta kepentingan nasional.

“Politik adu domba masih menjadi cara paling keji yang diagendakan oleh para penggiat komunisme yang belum sepenuhnya disadari oleh anak-anak bangsa.” Ujar Arya Kharisma Hardy.

Arya juga menuturkan, sebagai entitas mayoritas hari ini benar-benar terjebak dalam konstelasi perbutan kekuasaan yang hanya memanfaatkan partisipasi politik secara tidak hormat.

“mungkin inilah masa yang di metaforakan baginda Rasulullah SAW, bahwa akan ada suatu masa umat islam hanya seperti puing dilautan, banyak namun ringan dan tak berisi hingga dengan mudahnya terombang ambing dengan gelombang dan badai peradaban.” Tutur Arya.

Oleh karenanya, HMI harus kembali pada kitabnya, perjuangannya yang luhur dan syarat akan nilai keislaman dan keindonesiaan, HMI harus dapat menyatukan dan mendamaikan ketegangan umat islam lintas mazhab sebagai modal sosial yang utama untuk membangun Indonesia yang kulutural, serta mewujudkan masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT.

Kegiatan terebut juga dihadiri oleh H. Muh. Jusuf Kalla, Akbar Tandjung, Menkopolhukam Mahfud MD, Menpora Zainudin Amali, Kapolri Jenderal Polisi Listryo Sigit Prabowo, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Polisi Fadil Imran, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Presidium Kahmi (Viva Yoga Mauladi, Ahmad Riza Pratia), Presidium Forhati Hanifah Husein, Para Ketua Badko, Ketua Cabang dan Ketua Komisariat. (#c)

Komentar