LINTAS BONEBOL (LIGO) – Kabupaten Bone Bolango (Bonebol) merupakan salah satu daerah di Provinsi Gorontalo dengan jumlah stunting cukup rendah 5% dari jumlah balita 14.995 balita di bawah angka rata-rata nasional 20%.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bonebolango dr. Meyrin Kadir mengatakan, melihat dari jumlah stunting yang ada Bonebolango, masih di bawah angka nasional, yaitu 20 %. Dengan gerakan booming-kan stunting di Bone Bolango oleh Seksi Kesehatan Keluarga (Sie. Kesga) bekerjasama dengan Seksi Promosi Kesehatan (Sie, Promkes) Dinkes Bonebolango bergerak cepat mendampingi seluruh Puskesmas dengan melakukan pendataan selang bulan Januari-Maret 2018, hasilnya dilaporkan ada 887 kasus.
Namun setelah dilakukan identifikasi kembali oleh seluruh tenaga teknis di lapangan (bidan dan petugas gizi) ternyata yang masuk stunting adalah 761 kasus atau 5% dari jumlah balita 14.995 jiwa.
“Artinya kita di Bonebol masih di bawah rata-rata nasional,” kata Meyrin Kadir, Senin (17/7/2018).
Meyrin menjelaskan, stunting merupakan masalah kurang gizi kronis akibat asupan gizi yang kurang, sehingga menyebabkan tinggi badan bayi di bawah standar menurut usianya.
”Stunting biasanya terjadi pada bayi usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi/panjang badan di bawah standar pertumbuhan anak menurut usianya,” jelas Meyrin.
Lebih lanjut Meyrin mengungkapkan, untuk stunting sendiri, memang pendataannya di Kabupaten Bonebolango baru dilakukan mulai tahun 2018. Meski baru beberapa bulan berjalan, tapi pihaknya sudah bisa mendata di seluruh Kecamatan.
Kedepan jelas Meyrin, pihaknya bersama-sama dengan stakeholder yang ada, akan terus berusaha agar jumlah kasus stunting di Bonebolango terus menurun.
“Sekarang ada 761 kasus, mudah-mudahan akan segera teratasi semuanya,” tandasnya lagi.
Program yang akan terus dilakukan untuk penanganan kasus stunting, yaitu dengan pendekatan 1.000 HPK sebut Meyrin, kegiatan lain juga sementara digenjot adalah dengan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang pada tahun ini dari 20 Puskesmas yang ada, 10 diantaranya sudah ditetapkan sebgai lokus PIS-PK. Dengan harapan di tahun 2019 semua Puskesmas sudah menjadi lokus PIS-PK.
Program ini, lanjut Meyrin merupakan program pendataan dan intervensi dini masalah kesehatan melalui pendekatan keluarga. Diharapkan juga kedepan melalui strategi Sie. Promkes Dinkes Bonebol dapat memberdayakan masyarakat dalam hal penanganan stunting melalui 1.000 Hari Pertama Kelahiran (HPK), kerja sama dengan lintas sektor terutama adanya intervensi program dari dana desa.
“Kemudian, pendampingan kader atau dasawisma mulai dari ibu hamil sampai menyusui 0-6 bulan dengan pemberian Asi Ekslusif, pemberian tablet tambah darah anak remaja putri, kerja sama dengan pendamping pemberdayaan desa, kemitraan bidan dan dukun, dan pelaksanaan P4K oleh kader PKK dan dasawisma,” tutup Meyrin Kadir.
Laporan : Mirnawaty Ahaya/Hms Kadir.
Editor : Syahrir S.
Komentar