Covid-19 vs Hedgehog Dilemma

Aryanto Husain

Anggota DRD Provinsi Gorontalo

LIGO.ID – Dalam dua bulan terakhir ini, Saya membatasi kunjungan ke Ibu. Biasanya seminggu tiga kali. Sejak Pandemic dan himbauan Social Distancing berubah menjadi dua minggu sekali. Rekan-rekan Saya yang memiliki kebiasaan berbagi sedekah di Rumah Yatim juga mengubah jadwalnya. Biasanya dua minggu sekali. Kini dibuat selang seling.

Saya, anda dan teman-teman saya menyadari penuh hal. Ada keinginan yang menggebu untuk bersilaturahim. Mengunjungi orang tua, saudara atau sahabat. Juga berkumpul dan berbagi. Namun dengan sadar dan berat hati semua itu ditiadakan. Melindungi mereka agar tidak tertular jauh lebih penting dari menjaga silaturahim. Semua gara-gara si Covid-19.

Virus ini memang luar biasa. Menyebar cepat dan terus berkembang. Sekarang, tidak usah menunggu bersentuhan, dengan bersentuhan dan berhadapan langsung dengan yang diduga tertular (suspect). Melintas pada jarak tertentu dan berpapasan dengan Orang Tanpa Gejala (OTG) saja kita bisa terpapar. Virus ini waktu melayangnya makin lama. Angin bisa membawanya kemana saja (airborne) dan menulari kita.

Pagi ini, data terpampang dihadapan saya telah mencapai 1,918,679 kasus dengan jumlah Kematian dan Kesembuhan masing-masing 119,212 dan 443,192. Padahal dua hari sebelumnya masih 1,697,533 kasus. Maka wajar jika kita terus diwanti-wanti dan dihimbau. Jaga Jarak (Social Distancing) dan tinggallah dirumah (Stay At Home). Jelas kedekatan fisik  walapun untuk tujuan baik justru berakibat buruk bagi kesehatan orang-orang yang kita sayangi. Dilematis bukan?.

Baca juga :  Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC): Kongsi Dagang dengan Hak Privilege

Dilema ini juga penah dirasakan Hedgehog. Ini semacam landak yang berduri. Dalam film Sonic The Hedgehog digambarkan sebagai Landak Biru Luar Angkasa yang bisa berlari dengan kecepatan Supersonik. Berbeda dengan keceriaannya di film, suatu ketika sang Landak merasa kesepian dalam suatu musim dingin. Karena dingin mereka ingin menghangatkan badan. Caranya tidak lain dengan saling mendekatankan tubuhnya. Namun duri disekujur tubuhnya menghalangi. Alih-alih upaya untuk ingin saling menghangatkan justeru membuat luka. Mereka akhirnya malah saling menyakiti dengan duri tajamnya itu.

Hedgehog Dilemma (Dilema Landak) ini menjadi metafora tentang keinginan kita bersilaturahim, saling mengunjungi, berkumpul dan berbagi. Alih-alih menghasilkan perasaan kasih sayang, sebaliknya kita mengalami kesulitan. Arthur Schopenhauer dan Sigmund Freud menggambarkan yang kita rasakan saat ini sebagai keadaan individu dalam hubungannya dengan orang lain dalam masyarakat. Terlepas dari itikad baik, kedekatan kita justru bisa menjadi kerugian bersama. Maka mereka menganjurkan untuk berperilaku hati-hati dan menjaga hubungan dengan yang lemah.

Hal ini itu juga yang dilakukan Pemerintah dan Ulama saat pandemic ini berlangsung. Meminta masyarakat tetap di rumah (Stay At Home) dan menjaga jarak saat berinteraksi (Social Distancing). Kita tidak sedang menjaga diri sendiri. Justru kita tidak ingin menyakiti yang lain dan sedang menyelamatkan mereka bebas dari penularan virus Corona. Kegiatan apapun diluar tetap harus kita hindari. Kecuali hal-hal yang tidak bisa sama sekali ditinggalkan, yakni kegiatan penting dan mendesak.

Baca juga :  Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC): Kongsi Dagang dengan Hak Privilege

Saya teringat gambaran kegiatan Stephen R. Covey dalam bukunya Seven Habits of Highly Effective People. Dalam bukunya, kegiatan manusia secara umum dibagi dalam dua kelompok dan diurutkan dalam Empat Kuadran. Kelompok ke-mendesak-an (urgent: mendesak dan tidak mendesak) dan kelompok ke-penting-an (important: penting dan tidak penting). Mendesak jika kegiatan itu saat ini juga harus diselesaikan. Tidak mendesak jika bisa dilakukan lain waktu. Sebaliknya dikatakan penting jika kegiatan sangat bermakna untuk dilakukan. Tidak penting jika sebaliknya.

Jika diurutkan, maka Kuadran Pertama berisi, kegiatan penting dan mendesak. Kegiatan-kegiatan di kuadran ini bisa memaksa kita keluar. Menundanya membuat kita kepikiran, stres, capek, atau bahkan krisis. Contohnya seperti membawa pasien segera ke Rumah Sakit. Membeli bahan pangan atau makanan yang sudah habis. Kita perlu berpikir panjang dan strategis. Dalam irama, ke-mendesakan itu kita justru harus segera keluar rumah.

Pada Kuadran Kedua, kegiatannya berupa penting namun tidak mendesak. Kegiatan dalam zona ini, bisa dilakukan tanpa tergesa-gesa dan tanpa harus keluar rumah. Kita bisa merencanakannya secara strategis karena sebagian sifatnya berdimensi jangka panjang. Contohnya, beribadah penting namun bisa dilakukan di rumah sesuai Fatwa Ulama.  Membuat rencana perbaikan rumah, berolahraga atau membangun komunikasi untuk memperluas relasi dan jejaring. Paling tidak kita bisa menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah. Semuanya penting tapi bisa dilakukan di rumah.

Baca juga :  Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC): Kongsi Dagang dengan Hak Privilege

Pada Kuadan Ketiga, kita perlu melakukan kegiatan yang tidak penting namun mendesak. Contohnya, menindaklanjuti jadwal rapat lewat telepon atau membalas email, berkumpul dan berdiskusi dengan teman atau kolega, dan lainnya. Kita perlu memilah apakah kegiatan itu bisa didelegasikan atau tidak. Berbagi sembako dan masker adalah mendesak di saat pandemi saat ini. Tapi itu sudah dilakukan oleh Tim Yang Berwenang. Tugas kita dirumah bisa berbagi misalnya menyumbang untuk pembelian bahan-bahan tersebut.

Pada Kuadran Keempat, kita berhadapan dengan kegiatan yang tidak penting dan tidak juga tidak mendesak. Sebagian besar jenis kegiatan ini tidak positif. Misalnya menggosip, main medsos berlama-lama dengan hal-hal yang tidak perlu, dan variasi kegiatan yang hanya membuang waktu percuma. Pada kondisi ini, mayoritas kegiatannya tidak produktif. Dan orang-orang yang selalu berada pada kuadran ini, adalah mereka yang tidak memiliki visi dan bahkan kemampuan mengelola urusannya.

Maka silahkan kita memilih kegiatan apa yang perlu dilakukan diluar rumah sesuai ke-pentingan dan ke-mendesakannya. Selebihnya kita ikuti himbauan untuk tetap di rumah dan menjaga jarak. Jika sang landak saja bisa mempertahankan jarak untuk melindungi yang lain tidak tersakiti, maka kita manusia seharusnya dapat menahan diri di rumah agar tidak membahayakan orang lain. (*)

Dilematis tapi sangat bermanfaat!

 #coronastayathome  #coronasocialdistancing

Komentar