“CABO” Masih Banyak Diminati Masyarakat

LINTAS EKONOMI (LIGO) – Meski sudah pernah ada larangan dari Pemerintah Kota Gorontalo terkait penjualan pakaian bekas impor, namun pakaian bekas tersebut masih banyak diburu masyarakat. Alasan sejumlah pembeli, selain murah, pakaian bekas yang dijual juga tidak kalah bagus dengan pakaian yang masih baru.

Di Gorontalo sendiri masyarakat menyebutnya dengan sebutan cabo atau cakar bongkar. Diberi nama demikian, karena masyarakat pembeli bisa mencari pakaian bekas yang disukainya dengan cara membongkar.

Lokasi penjualan pakaian bekas yang sampai saat ini ramai akan pengunjung yakni di simpang tiga Kompleks Mesjid Agung Baiturahim. Setiap malamnya selalu ramai dengan penjual maupun pembeli pakaian cabo.

Yang dijualpun beragam, mulai celana panjang, celana pendek, baju, kemeja, jaket dan bahkan juga ada sepatu bekas. Harga yang ditawarkan sangat murah dan terjangkau. Contoh saja, celana panjang biasanya dijual dengan harga 40 ribu rupiah, jaket parasut dijual dengan harga 35 ribu rupiah.

Salah seorang pembeli Apriyanto Adam (21) mahasiswa saat ditemui lintasgorontalo.com mengaku senang berbelanja pakaian bekas, karena selain bagus, dirinya juga dapat berhemat.

” Biasanya saya sering beli celana panjang. Dan celana yang dijual bagus-bagus. Yang paling penting juga harganya masih dapat dijangkau,” terang Apriyanto Adam.

Sementara Arif penjual pakaian bekas mengungkapkan, keuntungan dari berjualan cabo, perhari bisa mencapai 300 sampai 500 Ribu Rupiah.

“Biasa ada 300 ribu, sampai 500 ribu lah,” tukas Arif.

Laporan : Najid Lasale
Editor : Bayu Supratna

Komentar