LINTAS EKONOMI (LIGO) – Mungkin masyarakat Kota Gorontalo tidak asing lagi dengan sosok kakek yang sering berjualan pisang, ubi kayu dan ubi talas, di simpang tiga Jln. Agus Salim dekat Rumah Sakit Bunda.
Di usia yang tak lagi muda, dengan kemampuan fisik yang tak lagi bugar apalah daya yang dapat dilakukan kakek ini untuk bertahan hidup, dan menghidupi sang istri.
Dengan beralas kardus bekas dan beratapkan karung ia berlindung dari sengatan matahari ataupun rintik hujan serta dengan sabar menunggu pembeli dagangannya.
Opa Nasaru, demikian sosok tua renta yang memilih untuk menjual pisang dibanding dengan meminta-minta ini. Ia adalah masyarakat Kelurahan Libuo, Kota Gorontalo. Ia tak ingat lagi secara pasti berapa usianya. Namun yang ia tahu ia harus bekerja untuk menghidupi istri dan anak-anaknya.
“Saya punya istri, istri saya ada dua. Yang satu sudah meninggal. Dan saya memiliki 6 orang anak,” Tuturnya kepada LintasGorontalo.com yang ia sampaikan dengan fasih menggunakan bahasa Gorontalo.
Pukul 13.00 Wita, Jum’at (09/03), kendaraan berlalu lalang dihadapannya. Tak jarang, orang yang kasihan melihat dirinya, berhenti dan memberikan makanan kepada Opa Nasaru yang nampak lemas.
“Saya salut dengan opa ini, biar so tua tapi masih punya semangat hidup untuk mencari nafkah, jika dibandingkan ada yang masih kuat tapi meminta-minta. Saya hanya memberikan seadanya pa opa ini, barangkali ti opa belum makan,” Ucap Maulana, masyarakat Kec. Telaga, Kabupaten Gorontalo
Berjualan pisang kini menjadi rutinitasnya setiap hari. Pukul 07.00 Wita dirinya sudah siap ditempat biasa ia menjual. Pisang yang ia jual tersebut, bukan hasil kebunnya.
Melainkan pisang yang ia beli dipasar dan dijualnya kembali. 2 sisir pisang dijualnya dengan harga 25. Ribu Rupiah, Ubi talas, ia jual dengan harga 10. Ribu untuk 5 buah. Pukul 17.00 dirinya harus kembali kerumah dengan membawah hasil dagangannya.
Setiap hari berjualan pisang, opa siru mengaku dapat meraup hingga 200 ribu. Itupun kalau banyak yang membeli. Namun bila jarang pembeli, terpakasa dirinya harus pulang dengan hasil yang tidak memuaskan.
Namun dirinya tetap bersyukur dengan keadaan itu. walaupun kadang merasakan sakit kepala, ia tetap berjualan dan memilih beristirihat ditempat ia biasa menjual pisang.
Kini banyak yang memberikan perhatian kepada Opa Nasaru. Opa Nasaru menuturkan kemarin, Kamis (08.03) sosok Polisi datang dan memberikannya bantuan.
“Kemarin ada polisi datang ba bantu pa saya, ba kase rejeki pa saya, dengan ba bantu ba pasang nama jualan itu (Baliho),” Tuturnya.
Ia bertekad akan terus berjualan pisang untuk menghidupi keluarganya dibandingkan dengan meminta-minta. Opa Nasaru adalah panutan, yang terus bekerja keras untuk melanjutkan hidup. dan tentu kita patut bersyukur memiliki keaadan yang lebih beruntung dibandingkan Opa Nasaru.
Laporan: Najid Lasaleh
Editor: Arlan
Komentar