Aksi Mahasiswa dan Arah Perubahan Global

Megawati Malle
Akademisi Universitas Bina Taruna (UNBITA) Gorontalo

Catatan – ligo.id – Aksi mahasiswa terhadap banyak kebijakan yang ditetapkan pemerintah kiranya bukan kali ini saja. Beberapa aksi di tahun-tahun sebelumnya telah menggerakkan ribuan massa untuk melakukan aksi di seluruh wilayah Indonesia.

Sebelumnya aksi mahasiswa pada Oktober Tahun 2020 mengenai UU Cipta kerja yang dicanangkan pemerintah dinilai tidak memihak kepada rakyat. Pada Senin 11 April 2022, Mahasiswa kemudian kembali terjun ke jalan dengan membawa sejumlah tuntutan terkait wacana penundaan Pemilu Tahun 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden.

Informasi mengenai penundaan pemilu yang disuarakan oleh beberapa pejabat tentu saja menjadi perhatian, ditambah lagi permasalahan yang menumpuk dan tidak terselesaikan seperti naiknya harga-harga barang pokok membuat masyarakat gerah dengan pemerintah.

Walhasil suara masyarakat kemudian dilangitkan oleh mahasiswa dengan melakukan aksi di seluruh wilayah Indonesia tak terkecuali di Provinsi Gorontalo.

Pada dekade ini, menjadi sesuatu yang wajar banyak kekacauan terjadi karena pemerintahan tidak dibangun sebagai jaminan kebutuhan rakyat, melainkan kepentingan oligarki.

Aksi tahun 1998 adalah contoh kegagalan aksi mahasiswa yang tidak jeli terhadap permasalahan yang terjadi. Walaupun berhasil melengserkan rezim berkuasa, namun sampai hari ini apa yang dilakukan oleh mahasiswa dengan mengganti pemimpin tidak pernah mencerminkan kesejahteraan yang diharapkan masyarakat. Bahkan semakin hari, rezim semakin tidak memihak kepada rakyat dan cenderung bertindak atas kepentingan oligarki.

Terhitung sudah tujuh kepala negara yang menjabat membawa Indonesia berlayar, tak terhitung berapa kali perubahan kebijakan yang semuanya (katanya) untuk kepentingan rakyat, namun yang terjadi justru semakin sulit untuk sekedar mengisi perut.

Disatu sisi euphoria aksi memang menggetarkan hati, sehingga banyak muda-mudi ikut mengambil bagian. Namun, sangat disayangkan jika aksi mahasiswa hanya sebatas kegiatan turun kejalan atau ajang mencari ayang.

Disisi lain aksi mahasiswa juga rawan dibajak oleh oknum yang ingin memecah bela, alih-alih memperjuangkan aspirasi, karena ketidaktahuan gerakan dan opini, pada akhirnya aksi mahasiswa menikam dirinya sendiri yang sangat mudah di blow up media sebagai sebuah pelanggaran.

Mahasiswa harusnya menyadari opini dan penegasan apa yang harus disuarakan sekiranya pengetahuan mendasar atas penyebab kerusakan kekacauan dalam negara. Karena bukan menjadi rahasia lagi, mereka yang duduk dipemerintahan hari ini, dulunya adalah pejuang yang bersuara atas nama rakyat yang kemudian memihak dan larut dalam permainan kekuasaan.

Aksi mahasiswa adalah aspirasi rakyat karena dipundak mahasiswa lah koreksi atas kebijakan dan harapan masyarakat diletakkan. Oleh karena itu gerakan-gerakan mahasiswa harus terarah dan tepat sasaran.

Mahasiswa harus menyadari bahwa kekacauan yang terjadi tidak bisa diselesaikan hanya dengan bersuara untuk menurunkan harga-harga, atau melanjutkan pemilu sebagaimana asas konsitusi dinegeri ini. Karena sejatinya, permasalahan yang terjadi tidak berputar pada pergantian pemimpin melainkan sistem pemerintahan dan pengaturan negara yang tidak dibangun dengan dasar yang menjamin kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.

Setidaknya ada dua hal yang harus disadari dan dipegang oleh pejuang aspirasi rakyat. Pertama adalah kesadaran atas kerusakan yang berakar dari penerapan sistem yang rusak, kedua ketiadaan sifat amanah dari pelaksana hukum.

Apa yang kita lihat hari ini hanyalah permasalahan cabang yang sangat banyak dan berbilang. Kekerasan seksual, kenaikan harga barang pokok bahkan pemilu itu sendiri. Semuanya lahir dari sistem yang fatal lagi rusak, yaitu kapitalisme atau yang kita kenal sebagai ideologi (landasan negara) asas dimana semua dibangun.

Kapitalisme bersanding bersama demokrasi adalah sistem pemerintahan kita, kapitalisme dan sekulerisme adalah sistem ekonomi dan sosial kita. Sistem inilah yang menjadi akar permasalahan yang juga menyebabkan permasalahan kedua yaitu hilangnya rasa amanah di dalam diri kaum muslimin.

Oleh karena itu perjuangan menyuarakan aspirasi rakyat haruslah sampai kepada akar masalah dengan menyodorkan solusi yang terbaik bagi negeri sebab mahasiswa adalah agent of change.

Adapun hal yang harus diperjuangkan selain mencampakkan sistem yang rusak adalah menerapkan aturan yang telah nyata mampu menyelesaikan perselisihan diantara masyarakat.

Tidak lain adalah aturan yang berasal dari wahyu. Aturan yang pernah membuat kaum muslim bahkan non muslim hidup dalam keamanan baik harta, darah dan jiwanya, yaitu aturan islam. Hal ini karena islam bukan sekedar agama ritual tetapi juga sebuah sistem kompleks yang mampu mengatur urusan manusia (telah dibuktikan sekurang-kurangnya 1400 Th. dalam peradaban manusia) #rd

Komentar